Beda Antara Belajar Sains dan Menekuni Sains



Pada seri tulisan ini, saya akan memberikan contoh nyata tentang perbedaan antara mempelajari sains dan menekuni sains. Contoh ini menurut saya sederhana dan bisa dicerna banyak orang, namun memberikan ilustrasi yang sangat tepat dengan perbedaan antara mempelajari sains dan menekuni sains.


Problem yang dihadapi atau ilmu yang dikuasai adalah Bahasa Inggris. Sebagian pembaca artikel ini saya yakin tahu Bahasa Inggris meski tingkat penguasaannya berbeda-beda.

Situasi pertama:

A adalah seorang Indonesia yang tidak menguasai Bahasa Inggris. Kemudian A memutuskan untuk mempelajari Bahasa Inggris dengan mengikuti kursus Bahasa Inggris.
A menghadiri kuliah yang diberikan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, tentang Bahasa Inggris.
A memiliki akses dan dibolehkan membaca buku tentang aturan tatabahasa Bahasa Inggris (English grammar) dalam edisi dwibahasa (yakni menjelaskan tatabahasa Bahasa Inggris dalam Bahasa Indonesia). A juga dibolehkan membaca kamus Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia dan kamus Bahasa Indonesia-Bahasa Inggris.
A dibolehkan membaca buku dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam bidang ilmu selain Bahasa Inggris (sejarah, matematika, politik, komputer, antropologi, dll).
A dibolehkan untuk berbicara dengan orang-orang yang menguasai Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, dan dibolehkan bertanya kepada orang-orang tersebut tentang Bahasa Inggris dan bidang ilmu selain Bahasa Inggris.
A dibolehkan menonton film/televisi, mendengarkan radio/musik/CD dalam Bahasa Inggris.
A dibolehkan mengamati kegiatan orang-orang yang berbahasa Inggris disekitarnya, dan membandingkan pembicaraan mereka dengan perilaku mereka.

Situasi Kedua:

B adalah seorang Indonesia yang tidak menguasai Bahasa Inggris. Sekarang B ditempatkan di sebuah negara yang berbahasa Inggris.

B hanya dibolehkan berbicara kepada orang-orang di negara tersebut dalam Bahasa Inggris dan tidak dengan bahasa lain (termasuk bahasa isyarat/tarzan, jadi misalnya B tidak boleh menunjuk suatu benda dan menanyakan apa kata Bahasa Inggris untuk benda tersebut).
B tidak memiliki akses dan tidak dibolehkan membaca buku tentang aturan tatabahasa Bahasa Inggris (English grammar) dalam edisi dwibahasa (yakni menjelaskan tatabahasa Bahasa Inggris dalam Bahasa Indonesia). B tidak dibolehkan membaca kamus Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia dan kamus Bahasa Indonesia-Bahasa Inggris. B hanya dibolehkan membaca buku English grammar dalam Bahasa Inggris dan kamus Bahasa Inggris yang juga menggunakan Bahasa Inggris.
B dibolehkan membaca buku dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam bidang ilmu selain Bahasa Inggris (sejarah, matematika, politik, komputer, antropologi, dll).
B dibolehkan untuk berbicara dengan orang-orang yang menguasai Bahasa Inggris saja, atau orang-orang yang menguasai Bahasa Indonesia saja, dan dibolehkan bertanya kepada orang-orang tersebut hanya tentang bidang ilmu selain Bahasa Inggris.
B dibolehkan menonton film/televisi, mendengarkan radio/musik/CD dalam Bahasa Inggris.
B dibolehkan mengamati kegiatan orang-orang yang berbahasa Inggris disekitarnya, dan membandingkan pembicaraan mereka dengan perilaku mereka.

Permasalahan yang dihadapi A dan B adalah sama:
Mendapatkan pengetahuan lengkap tentang Bahasa Inggris baik dari segi tatabahasa, kosa kata, pengucapan, dan lain sebagainya.

Sekarang renungkan sejenak. Menurut saya: A jelas berada pada situasi yang lebih mudah. B berada pada situasi yang lebih sulit, dan perbedaan kesulitan yang dihadapi B dibandingkan A adalah bagaikan perbedaan langit dan bumi. Situasi pertama yang dihadapi A adalah analog dengan mempelajari sains. Situasi kedua yang dihadapi B analog dengan menekuni sains. Bahkan jika A ditempatkan pada situasi dimana A harus mempelajari bahasa yang relatif lebih sulit dikuasai dari Bahasa Inggris (misalnya Bahasa Rusia, Bahasa Cina, Bahasa Jepang, dll), menurut saya tetap situasi yang dihadapi A relatif lebih mudah dibandingkan situasi yang dihadapi B.
Jika kita sudah melihat situasi B, sekarang apakah yang B bisa lakukan agar dia dapat berhasil menyelesaikan tugasnya untuk menguasai Bahasa Inggris. Jawabannya adalah:
B harus menguasai ilmu dan metode untuk mempelajari bahasa baru yakni ilmu dan metode linguistik (linguistics). Linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang bahasa secara umum, tanpa memandang secara khusus bahasa apa yang dipelajari. Untuk mengetahui lebih jauh tentang linguistics, silakan mengecek artikel Wikipedia (dalam Bahasa Inggris) dibawah ini:
http://en.wikipedia.org/wiki/Linguistics.

Jika B menguasai linguistik, maka B dapat mengkaji Bahasa Inggris yang digunakan orang-orang disekitarnya dengan sistematik dan menggunakan metode linguistik yang telah teruji. B kemudian dapat merumuskan aturan tatabahasa Bahasa Inggris, aturan pengucapan kata-kata dalam Bahasa Inggris, kamus dan kosakata Bahasa Inggris, dan lain-lain.

Jika B tidak menguasai linguistik, maka B bisa saja mencoba-coba berbagai pendekatan untuk mencapai tujuannya, namun jelas bahwa B akan menemui kesulitan yang lebih besar dibandingkan jika B telah menguasai ilmu linguistik dan menggunakan metode linguistik. Bisa jadi bahwa pada akhirnya B akan menemukan ilmu dan metode linguistik itu sendiri sebelum dia menerapkan ilmu dan metode linguistik tersebut pada permasalhan untuk menguasai Bahasa Inggris! Sekarang problem B telah berlipat ganda: Dia tidak hanya harus menemukan dan menguasai Bahasa Inggris, namun dia juga harus menemukan dan menciptakan ilmu dan metode linguistik.

Jadi dari diskusi di atas disimpulkan bahwa B sebaiknya telah menguasai linguistik sebelum ditempatkan di negara asing tersebut. Jika B belum menguasai linguistik dan telah ditempatkan di negara asing tersebut, B sebaiknya mempelajari linguistik, sambil menerapkan ilmu dan metode linguistik yang tengah dipelajarinya untuk mempelajari Bahasa Inggris dari orang-orang di sekitarnya.

Kemudian, bahkan jika B telah menguasai linguistik, masih ada banyak masalah yang muncul dalam usaha B untuk mempelajari Bahasa Inggris:
Tidak semua orang menggunakan Bahasa Inggris dengan tatabahasa yang baku dan benar. B mungkin akan bingung jika dia mendengar dua kelompok menggunakan ekspresi yang berbeda untuk maksud yang sama. Kalangan yang menggunakan Bahasa Inggris baku berkata “I want to go to school“, sementara kalangan yang menggunakan Bahasa Inggris yang tidak baku berkata “I wanna go to school“. Bagi orang yang tidak tahu, sulit untuk menentukan mana diantara kedua bentuk ini yang benar.
B yang latar belakangnya adalah Bahasa Indonesia, tidak mengetahui beberapa karakteristik khusus Bahasa Inggris yang tidak ditemui dalam teori linguistik Bahasa Indonesia seperti: Bahasa Indonesia menggunakan pola DM (Diterangkan-Menerangkan, misalnya meja bundar), namun Bahasa Inggris menggunakan pola MD (Menerangkan-Diterangkan, misalnya round table). Bahasa Indonesia tidak mengenal gender untuk kata ganti orang ketiga (dia dalam Bahasa Indonesia bisa digunakan untuk laki-laki atau perempuan, sementara dalam Bahasa Inggris she digunakan untuk perempuan dan he digunakan untuk laki-laki). Bahasa Indonesia menggunakan banyak sekali awalan, imbuhan, dan akhiran, sementara Bahasa Inggris tidak. Jika B tidak segera menyadari adanya kemungkinan perbedaan semacam ini, sangat mungkin sekali B akan tersangkut dan menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk memahami hal yang sekilas tampak mudah dan sepele seperti perbedaan antara MD dan DM.
Kemudian B sekali lagi yang latar belakangnya Bahasa Indonesia, belum tentu menyadari adanya perbedaan antara penulisan dan pengucapan dalam Bahasa Inggris. Kasus sederhana mengapa kata Bahasa Inggris “run” dibaca “ran”, sementara kata Bahasa Inggris “put” dibaca “put”, bisa jadi sangat membingungkan.

Dari situasi dan persoalan yang dihadapi A dan B, kita bisa menarik beberapa ciri-ciri:

Situasi yang dihadapi B secara umum jauh lebih sulit dari situasi yang dihadapi oleh A.
Yang dapat dilakukan oleh B sebelum memulai tugasnya adalah mempersiapkan dan membekali diri dengan ilmu dan metode untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

B akan menghadapi berbagai situasi dan perbedaan antara Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, yang meski nampak mudah/trivial bagi mereka yang sudah mengetahui, akan nampak sulit/non-trivial bagi B yang sama sekali tidak mengetahui tentang Bahasa Inggris.

Ciri-ciri situasi yang dihadapi B, merupakan salah satu bentuk nyata dari ciri-ciri umum pekerjaan menekuni sains, namun sudah dikhususkan hanya untuk kasus mempelajari Bahasa Inggris. Masih ada beberapa contoh situasi lain yang akan saya jelaskan dalam seri tulisan ini.

foto:thinkquantum.wordpress.com


0 komentar:

Posting Komentar